Upaya penyelamatan dan pelestarian akan keberadaan jenis burung pemangsa di Indonesia telah dan sedang diupayakan oleh berbagai pihak. Sebagai komitmen PT PLN Indonesia Power Unit PLTP Gunung Salak dalam konservasi keanekaragaman hayati, bekerja sama dengan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) yang mengelola secara langsung lembaga konservasi khusus Pusat Suaka Satwa Elang Jawa (PSSEJ).

Salah satu kendala yang terjadi dalam pengelolaan PSSEJ adalah kurangnya tenaga Perawat Satwa (Keeper). Untuk itu perlu adanya upaya penambahan keeper untuk mengoptimalisasi pengelolaan PSSEJ. Dalam hal ini sebagai bentuk kerja sama antara PT PLN Indonesia Power Unit PLTP Gunung Salak dengan TNGHS, maka PT PLN Indonesia Power memberikan dukungan berupa kegiatan perawatan satwa di PSSEJ sebagai upaya melestarikan keanekaragaman hayati yang berada di kawasan TNGHS. Tujuan kegiatan perawatan satwa dilakukan agar dapat membantu dalam mengoptimalkan kegiatan rutin PSSEJ, dengan maksud agar kondisi Raptor yang saat ini dalam proses rehabilitasi kesehatannya dapat terjaga dan dapat terpantau dengan baik. Dengan adanya penambahan keeper di PSSEJ diharapakan dapat berpengaruh terhadap beberapa aspek diantaranya kesejahteraan satwa, pemeliharaan kebersihan lingkungan kandang satwa dan area umum. Melaksanakan kegiatan perawatan seperti membantu dokter hewan dalam untuk mengecek kesehatan satwa yang dilakukan secara rutin ataupun melakukan treatment khusus terhadap raptor yang dalam kondisi sakit.

Tujuan kegiatan perawatan satwa dilakukan agar dapat membantu dalam mengoptimalkan kegiatan rutin PSSEJ, dengan maksud agar kondisi Raptor yang saat ini dalam proses rehabilitasi kesehatannya dapat terjaga dan dapat terpantau dengan baik. Dengan adanya penambahan keeper di PSSEJ diharapakan dapat berpengaruh terhadap beberapa aspek diantaranya kesejahteraan satwa, pemeliharaan kebersihan lingkungan kandang satwa dan area umum. Melaksanakan kegiatan perawatan seperti membantu dokter hewan dalam untuk mengecek kesehatan satwa yang dilakukan secara rutin ataupun melakukan treatment khusus terhadap raptor yang dalam kondisi sakit. Beberapa Tugas Penting Keeper yang harus dilaksanakan berupa melakukan pemantauan dan menafsirkan status kesehatan satwa, menyediakan dan memberikan pakan untuk satwa secara rutin, melakukan pembersihan, perawatan dan memelihara kandang satwa, mampu membantu dalam penangkapan (Handling) satwa secara manual yang ebebrapa diantaranya mungkin berpotensi berbahaya dan mencatat semua perilaku satwa.

    Area Izin Pemanfaatan Jasa Lingkungan Panas Bumi (IPJLPB) seluas 13,725 hektar adalah kawasan yang ditetapkan sebagai area kerja PT PLN Indonesia Power Unit PLTP Gunung Salak. Area yang juga berada
    di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) ini memiliki ekosistem alami berupa hutan hujan tropis pegunungan bawah yang kaya akan keanekaragaman hayati. Pemantauan keanekaragaman hayati ditujukan sebagai pemenuhan tanggung jawab perusahaan terhadap pengelolaan lingkungan yang lestari dan berkelanjutan untuk mengetahui secara aktual kondisi
    keanekaragaman hayati di area kerjanya. Pemantauan keanekaragaman hayati di area IPJLPB mencakup studi tentang kekayaan dan keanekaragaman flora, fauna, dan biota aquatik. Metode yang digunakan mencakup metode pengamatan secara langsung dan tidak langsung, yaitu: petak ukur dan eksplorasi untuk flora; transek jalur, recce walk, dan metode jebak untuk satwa mamalia; poin count dan MacKinnon list untuk burung; visual encounter survey (VES) dan time search untu herpetofauna; transek jalur untuk serangga; dan sampling titik untuk biota akuatik. Total 304 jenis flora dan fauna berhasilterdokumentasi selama pemantauan, termasuk di antaranya 42 jenis yang termasuk sebagai jenis penting, dengan rincian sebagai berikut:

    Identifikasi jenis-jenis penting pada setiap taksa didasarkan pada beberapa status, di antaranya status
    sebaran (endemisitas), status keterancaman (IUCN Redlist), status perdagangan (Appendix CITES), dan
    status perlindungan berdasarkan peraturan perundang-undangan (P.106/2018).

    Pada monitoring terkini tercatat sebanyak 172 jenis yang termasuk ke dalam 66 famili, di antaranya terdapat jenis penting yang mempunyai nilai konservasi yang tinggi. Sebanyak 14 jenis mempunyai nilai konservasi penting yang tumbuh sebagai vegetasi hutan alami maupun hasil dari budidaya/penanaman. Jenis tumbuhan yang memiliki nilai penting di area IPJBLPB. Kategori dan kriteria IUCN dipahami secara
    luas untuk mengklasifikasikan jenis yang berisiko tinggi mengalami kepunahan.

    Daftar jenis tumbuhan dengan nilai konservasi penting di area IPJLPB.

    Beberapa mamalia yang ditemukan pada area IPJLPB merupakan jenis penting dan dilindungi oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN), dan terdapat jenis yang termasuk dalam perlindungan dalam Permen LHK No. 106 tahun 2018 serta terdapat beberapa jenis mamalia juga dilindungi status perdagangannya secara internasional oleh Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES). Beberapa jenis penting tersebut
    tercantum pada tabel berikut:

    Burung di area IPJLPB mempunyai peranan penting terhadap keberlanjutan ekosistem, namun beberapa jenis burung memiliki kerentanan terhadap kepunahan karena kelimpahannya yang rendah maupun endemisitasnya yang tinggi. Keberadaan satwa tersebut sangat penting untuk dilestarikan dengan berbagai upaya untuk mempertahankan keberadaannya. Beberapa jenis burung yang memiliki nilai penting tersebut tersaji dalam tabel di bawah ini. Berdasarkan penilaian melalui beberapa kriteria, didapati sejumlah 11 jenis burung yang termasuk dalam jenis penting. Jenis penting di sini berdasarkan pada konteks status keterancamannya, perlindungannya, endemisitas serta diatur dalam perdagangan satwa secara internasional.

    Daftar jenis-jenis burung penting di area IPJLPB

    Dua burung pemangsa, (kiri) alap-alap capung dan (kanan) elang jawa. Keberadaan satwa ini di area IPJLPB mengindikasikan area yang sehat karena proses predasi berjalan. Hal ini berarti melimpahnya pakan dari burung

    Dari seluruh jenis yang ditemukan, sebagian besar memiliki status konservasi least concern (LC),
    namun terdapat satu jenis yang masuk dalam kategori near threatened (NT) berdasarkan IUCN, yakni Feihyla vittiger (katak pucat anggur). Selain itu, beberapa jenis seperti Wijayarana masonii juga memiliki nilai penting sebagai bioindikator kualitas air karena preferensi habitatnya yang sangat spesifik pada lingkungan, seperti hanya dapat hidup jika lingkungan hidupnya memiliki kualitas air yang baik (Kusrini 2003). Tidak ditemukan jenis yang masuk dalam daftar CITES maupun perlindungan nasional (P.106/2018), namun keberadaan jenis endemik seperti Feihyla vittiger dan Wijayarana masonii tetap menambah nilai penting konservasi di area IPJLPB.

    Daftar jenis-jenis herpetofauna penting di area IPJLPB.

    Cecak batu dan kongkang jeram menjadi salah dua spesies yang dinilai penting di area IPJLPB. Kongkang jeram, memiliki peran sebagai bioindikator karena keberadaannya mengindikasikan perairan di sekitarnya dalam kualitas baik.

    PT PLN Indonesia Power Unit PLTP Gunung Salak berkomitmen dalam melestarikan alam salah satu bentuk komitmen tersebut PT IP bekerjasama dengan Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak (BTNGHS) melalui kontrak kerjasama dalam kegiatan konservasi alam. Salah satu kegiatan yang dilaksanakan oleh PT PLN Indonesia Power Unit PLTP Gunung Salak adalah melakukan penanaman dan pemeliharaan tumbuhan endemik Gunung Salak. Kegiatan tersebut berlokasi di area IPJLPB dan Hutan Koridor yang menjadi penghubung Gunung Salak dan Gunung Halimun. Maksud dari kegiatan ini dilaksanakan yang untuk menghutankan kembali areal-areal yang terbuka di dalam area IPJLPB PT PLN Indonesia Power Unit PLTP Gunung Salak dengan tujuannya untuk mengembalikan fungsi ekosistem atau vegetasi yang mengalami kerusakan sesuai dengan tujuan pengelolaan Taman Nasional Gunung Halimun Salak.

    Lokasi kegiatan penataan batas penanaman dan analisa vegetasi dilakukan di sekitar Blok Gorowek 2 Desa Purwabakti Kec Pamijahan. Resort Gunung Butak SPTNW 2 Bogor yang berada di dalam wilayah kerja Resort Gunung Butak SPTN Wilayah II Bogor dengan luas 2 ha. Batas areal penanaman terdiri dari batas buatan berupa batas kawasan, jalan dan patok batas. Patok batas rencana lokasi penanaman ditandai dengan cat berwarna merah dengan jarak antar patok bervariasi antara 50 – 100 meter. Secara umum, kondisi vegetasi kawasan hutan TNGHS pada blok penanaman tersebut merupakan lahan terbuka, semak belukar dan hutan sekunder. Selain itu terdapat pula bekas lahan garapan masyarakat. Aktivitas penggarapan lahan sudah berlangsung sejak program tumpang sari pada penanaman Perum Perhutani berlangsung.

    Sebagai perusahaan energi yang berorientasi pada kelestarian lingkungan, PT PLN Indonesia Power Unit PLTP Gunung Salak secara konsisten telah mengutamakan kegiatan pembangunan dan operasional yang berwawasan lingkungan. Perwujudan dari komitmen tersebut tertuang dalam Program Peningkatan Perlindungan Keanekaragaman Hayati di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak. PT PLN Indonesia Power Unit PLTP Gunung Salak telah berinisiatif melakukan studi keanekaragaman hayati sejak tahun 2016 dan dilanjutkan dengan pemantauan keanekaragaman hayati pada tahun-tahun berikutnya.

    Pada tahun 2024 Total 252 jenis flora dan fauna berhasil terdokumentasi selama pemantauan, termasuk di antaranya 42 jenis yang termasuk sebagai jenis penting. Tiga ekosistem utama teridentifikasi berdasarkan formasi dan komposisi jenis vegetasi di dalam area IPJLPB, yaitu ekosistem hutan, ekosistem riparian, dan ekosistem area terbangun. Sejumlah 129 jenis tumbuhan dari 56 suku berhasil tercatat di area IPJLPB. Ekosistem hutan ini ditumbuhi oleh pohon-pohon alami khas flora pegunungan Jawa. Jenis-jenis yang dapat dijumpai seperti puspa (Schima wallichii), rasamala
    (Liquidambar excelsa), pasang (Lithocarpus spp.), saninten (Castanopsis argentea), serta kelompok ara (Ficus sp.). Pada hutan ini juga ditemukan jenis palahlar/keruing (Dipterocarpus hasseltii) dengan populasi yang sangat sedikit. Jenis palahlar ini merupakan salah satu jenis pohon terancam punah.

    Jumlah Jenis Setiap Taksa

    Pemantauan Flora

    Ekosistem hutan di area IPJLPB PT PLN Indonesia Power Unit PLTP Gunung Salak berada di wilayah timur dan barat. Jumlah plot pengamatan sebanyak 17 plot yang terbagi di hutan bagian timur (5 plot) dan bagian barat (12 plot). Ekosistem ini berbatasan langsung dengan hutan alam di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak.

    Berdasarkan hasil analisis vegetasi di ekosistem hutan, secara keseluruhan berhasil tercatat tumbuhan sebanyak 129 jenis yang termasuk ke dalam 56 suku. Suku dengan komposisi jenis terbanyak adalah Lauraceae sebanyak 9 jenis. Moraceae dalam urutan kedua sebanyak 8 jenis. Rubiaceae sebanyak 7 jenis. Fagaceae dan Arecaceae dengan masing-masing terdiri 6 jenis. Berdasarkan analisis indeks nilai penting (INP), pada tingkat pertumbuhan pohon, jenis yang memiliki nilai INP tertinggi secara berturut-turut adalah kayu afrika (Maesopsis eminii) dengan INP 32,09, puspa (Schima wallichii) dengan INP 29,52 dan hamerang badag (Ficus padana) dengan INP 16,7. Pada tingkat pertumbuhan tiang, jenis dengan nilai INP tertinggi tercatat pada jenis kondang (Ficus fistulosa) sebesar 32,46, ki menir (Eurya acuminata) dengan INP 26,36, dan puspa (Schima wallichii) sebesar 27,11. Pada tingkat pertumbuhan pancang, jenis yang mendominasi adalah paku tiang (Sphaeropteris glauca) dengan INP 22,49; pulus (Dendrochnide stimulans) dengan INP 11,55; dan mara (Macaranga triloba) dengan INP 10,93. Sedangkan untuk tumbuhan bawah didominasi oleh harendong bulu (Miconia crenata) dengan nilai INP sebesar 27,85 dan landep (Barleria cristata) sebesar 20,08. Jenis flora yang memiliki INP tertinggi memberi gambaran jenis tersebut memiliki pengaruh terbesar dalam suatu ekosistem hutan serta mampu mengendalikannya melalui dominansi ukuran dan kelimpahannya.

    Perbandingan nilai indeks H’ tahun 2022-2024

    Pemantauan Mamalia

    Jenis yang berhasil tercatat dan teridentifikasi di area IPJLPB PT PLN IP Unit PLTP Gunung Salak berjumlah 16 jenis dari 9 suku yang berbeda.

    Jumlah jenis tertinggi diwakili oleh suku Pteropodidae (kelelawar pemakan buah) dengan 5 jenis, diikuti oleh suku Sciuridae (bajing-bajingan) dengan 3 jenis dan suku Cercopithecidae (monyet dunia lama) dengan 2 jenis. Beberapa suku lainnya yang berhasil diidentifikasi ialah suku Viverridae (musang-musangan), Suidae (babi), Tragulidae (pelanduk), Rhinolopidae (kelelawar ladam), Muridae (tikus sejati), dan Tupaidae (tupai-tupaian) yang masing- masing hanya ditemukan satu jenis.

    Nilai indeks keanekaragaman, kemerataan dan dominansi menunjukkan kondisi keragaman jenis suatu taksa biota di suatu lokasi. Nilai indeks keanekaragaman menunjukkan nilai 2,6 yang mengindikasikan tingkat keanekaragaman jenis mamalia berada pada tingkat sedang (Magurran 1988). Sementara nilai indeks kemerataan (E) menunjukkan nilai 0,9 yang mengindikasikan bahwa jenis-jenis mamalia di lokasi pengamatan tersebar merata dari aspek sebaran jenis dalam level taksa. Nilai indeks dominansi (D) menunjukkan nilai 0,2 mengindikasikan ada jenis tertentu yang cukup mendominasi, dalam hal ini diwakili oleh lutung jawa (Trachypithecus mauritius).

    Perbandingan jumlah jenis mamalia yang tercatat tahun 2021-2024

    Pemantauan Burung

    Burung yang berhasil dijumpai pada pemantauan musim hujan ini terdiri dari 31 jenis yang berasal dari 20 suku

    Nilai indeks keanekaragaman, kemerataan dan dominansi menunjukkan kondisi keragaman jenis suatu taksa biota di suatu lokasi. Indeks keanekaragaman menunjukkan nilai 3,012 yang mengindikasikan tingkat keanekaragaman jenis burung berada pada tingkat tinggi (Magurran 1988). Sementara indeks kemerataan (E) menunjukkan nilai 0,65 yang mengindikasikan bahwa jenis-jenis burung di lokasi tersebar merata dari aspek sebaran jenis dalam level taksa. Indeks dominansi menunjukkan nilai 0,06 yang tergolong dalam kategori rendah. Hal tersebut bisa mengindikasikan bahwa keragaman jenis tinggi, dengan tidak adanya jenis tunggal yang mendominasi.

    Perbandingan jumlah jenis dan nilai H’ tahun 2021-2024

    Burung di kawasan IPJLPB PT PLN IP Unit PLTP Gunung Salak mempunyai peranan penting terhadap keberlanjutan ekosistem, namun beberapa jenis burung memiliki kerentanan terhadap kepunahan karena kelimpahannya yang rendah maupun endemisitasnya yang tinggi. Keberadaan satwa tersebut sangat penting untuk dilestarikan dengan berbagai upaya untuk mempertahankan keberadaannya. Berdasarkan daftar Appendix CITES, dua jenis burung yaitu elang hitam (Ictinaetus malaiensis) dan elang jawa (Nisaetus bartelsi) termasuk dalam kategori Appendix II CITES, yang berarti spesies ini tidak terancam kepunahan, tetapi mungkin terancam punah bila perdagangan terus berlanjut tanpa adanya pengaturan.

    Pemantauan Herpetofauna

    Jumlah jenis herpetofauna yang ditemukan berjumlah 24 jenis dengan total 130 individu.
    Kelas amfibi yang ditemukan berjumlah 13 jenis yang terdiri dari lima suku berbeda dan kelas reptil yang ditemukan berjumlah 11 jenis yang terdiri dari lima suku

    Faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap keberadaan herpetofauna khususnya kelompok amfibi, sehingga ketersediaan air menjadi faktor utama pemilihan lokasi pengambilan data. Lokasi yang dipilih dibagi menjadi tiga habitat utama, yaitu habitat sungai beserta vegetasi riparian, habitat hutan, dan habitat area terbangun.

    Jenis herpetofauna yang ditemukan dalam pemantauan di wilayan PT PLN Indonesia Power UNit PLTP Gunung Salak tidak ada yang tercatat sebagai jenis yang dilindungi dan termasuk dalam Appendix CITES. Satu jenis herpetofauna memiliki status rentan (vulnerable) berdasarkan daftar merah IUCN, yaitu bunglon hutan Kuhl (Gonocephalus kuhlii). Beberapa jenis yang ditemukan memiliki sebaran geografis yang terbatas atau endemik dan beberapa di antaranya merupakan bio indikator kualitas air.

    Indeks keanekaragaman, kemerataan, dan dominasi

    Pemantauan Serangga

    Pengamatan serangga yang dilaksanakan di area IPJLPB PT PLN IP Unit PLTP Gunung Salak didapati 14 jenis Odonata (capung) dan 38 jenis Lepidoptera (kupu-kupu dan ngengat).

    Data capung terbanyak didominasi oleh suku Libellulidae dengan jumlah 7 jenis.
    Dominasi ini berkaitan dengan penyebaran suku Libellulidae yang cukup luas di Indonesia, jenis capung dalam suku Libellulidae merupakan capung sejati yang mampu terbang dengan daya jelajah yang luas sehingga memungkinkan capung dalam suku ini dapat dijumpai pada berbagai tipe habitat.
    Hasil pengamatan capung didapati jenis temuan baru berjumlah 2 jenis capung, terdapat 2 di antaranya capung endemik yang masih ditemukan pada survei sebelumnya. Jenis capung endemik yang masih ditemukan dapat dikatakan bahwa habitat, terutama kawasan perairan di sekitar perusahaan masih terjaga.

    Terdapat 3 tipe habitat di area IPJLPB PT PLN IP Unit PLTP Gunung Salak yaitu area terbangun, hutan, dan riparian. Jenis tutupan lahan dengan perjumpaan kupu-kupu dan ngengat tertinggi adalah area terbangun dengan total 22 jenis, diikuti area riparian 18 jenis, dan hutan 5 jenis. Banyaknya kupu-kupu dan ngengat pada area terbangun berkaitan dengan adanya area terbuka yang memudahkan mobilisasi kupu-kupu untuk mencari pakan dan berjemur, sedangkan pada ngengat area terbangun di malam hari menjadi tempat yang akan dikunjungi dikarenakan terdapat cukup cahaya untuk tempat berkumpul. Hutan memiliki temuan paling sedikit dimungkinkan karena kurangnya sinar matahari yang masuk untuk kupu-kupu berjemur.

    Akumulasi jenis serangga

    Nilai indeks keanekaragaman Lepidoptera (kupu-kupu dan ngengat) didapatkan nilai H’ sebesar 3,33. Nilai tersebut menandakan bahwa keanekaragaman Lepidoptera di area tersebut tergolong tinggi. Tingginya nilai indeks keanekaragaman dapat diartikan bahwa suatu kondisi lingkungan masih baik dan dapat mendukung bagi kehidupan Lepidoptera.
    Kondisi habitat kupu-kupu di area IPJLPB PT PLN IP Unit PLTP Gunung Salak masih memiliki ketersediaan tumbuhan berbunga yang cukup melimpah sebagai pakan dan inang kupu-kupu dewasa, keberadaan sungai berpasir dan lantai hutan yang basah memungkinkan kupu-kupu melakukan aktivitas berlumpur (mud-puddling).

    Indeks keanekaragaman serangga

    Wilayah Izin Pemanfaatan Jasa Lingkungan Panas Bumi (IPJLPB) seluas 13,725 Hektar adalah kawasan yang ditetapkan sebagai area kerja PT PLN Indonesia Power unit PLTP Gunung Salak. Wilayah yang juga berada di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Salak ini memiliki ekosistem alami berupa hutan hujan tropis pegunungan bawah yang kaya akan keanekaragaman hayati. Pemantauan keanekaragaman hayati ditujukan sebagai pemenuhan tanggung jawab PT Indonesia Power terhadap pengelolaan lingkungan yang lestari dan berkelanjutan untuk mengetahui secara aktual kondisi keanekaragaman hayati di wilayah IPJLPB.

    Pemantauan keanekaragaman hayati di wilayah IPJLPB mencakup studi tentang kekayaan dan keanekaragaman flora darat, fauna darat dan biota akuatik. Metode yang dilakukan mencakup metode pengamatan secara langsung dan tidak langsung, yaitu: Petak contoh dan eksplorasi untuk flora darat; Transek jalur, Recce Walk dan metode Jebakan untuk satwa Mamalia; Point Count dan Mackinnon list untuk Avifauna; Visual Encounter Survey (VES) dan Timed Search untuk Herpetofauna; Transek Jalur untuk Serangga; dan Sampling Titik untuk biota akuatik.

    Total 233 jenis flora dan fauna berhasil terdokumentasi selama pemantauan, termasuk diantaranya 15 jenis yang tercantum dalam Daftar Merah IUCN di atas kategori Least Concern (LC), 7 jenis perdagangannya diatur oleh CITES, serta 8 jenis tercantum dalam PermenLHK No.106 Tahun 2018.

    Daftar Jenis Tumbuhan Penting di Unit PLTP Gunung Salak
    Grafik Perbandingan Hasil Pemantauan Tumbuhan di Unit PLTP Gunung Salak

    Jenis yang berhasil tercatat dan teridentifikasi di wilayah IPJLPB PT IP unit Gunung Salak berjumlah 16 jenis dari 9 suku yang berbeda. Jumlah jenis tertinggi diwakili oleh suku Pteropodidae (Kelelawar pemakan buah) dengan empat jenis, diikuti oleh suku Sciuridae (Bajing-bajingan) dan Cercopithecidae (Monyet dunia lama) masing-masing sejumlah tiga jenis. Beberapa suku lainnya yang berhasil dicatat adalah suku Tupaiidae (Tupai- tupaian), Suidae (Babi), Tragulidae (Pelanduk), Viverridae (Musang-musangan), Rhinolophidae (Kelelawar ladam), dan Muridae (Tikus sejati) yang masing-masing hanya ditemukan satu jenis.

    Daftar Jenis Mamalia di Wilayah Unit PLTP Gunung Salak
    Grafik Perbandingan Hasil Pemantauan Mamalia di Unit PLTP Gunung Salak

    Nilai indeks keanekaragaman, kemerataan dan dominansi menunjukkan kondisi keragaman jenis suatu taksa biota di suatu lokasi. Di wilayah IPJLPB PT Indonesia Power Unit PLTP Gunung Salak, nilaiindekskeanekaragaman menunjukkan nilai 3,135 yang mengindikasikan tingkat keanekaragaman jenis burung berada pada tingkat tinggi (Magurran, 1988). Sementara nilai indekskemerataan (E) menunjukkan nilai 0,86 yang mengindikasikan bahwa jenis-jenis burung di lokasi pengamatan tersebar merata dari aspek sebaran jenis dalam level taksa. Nilai indeksdominansi menunjukkan nilai 0,06 menunjukkan tidak terdapat jenis tertentu yang benar-benar mendominasi, namun masih menyisakan ruang untuk kelimpahan tertinggi, dalam hal ini diwakili oleh Cucak Kutilang (Pycnonotusaurigaster).

    Daftar Jenis Avifauna di Wilayah Unit PLTP Gunung Salak
    Grafik Perbandingan Jumlah Jenis dan Nilai H’ Indeks

    Ditemukan 24 jenis herpetofauna dari 11 suku di wilayah kerja IPJLPB PT Indonesia Power Unit PLTP Gunung Salak. Famili Ranidae, Gekkonidae, dan Colubridae merupakan famili dengan jumlah terbanyak yaitu 4 jenis diikuti oleh famili Dicroglossidae dengan 3 jenis serta famili Agamidae dan Rhacoporidae dengan 2 jenis. Selain 6 famili tersebut, ditemukan juga famili Megophrydae, Bufonidae, Scincidae, Elapidae, dan Pareidae dengan masing-masing 1 jenis. Hasil perhitungan indeks keanekaragaman menunjukan nilai 2,2 yang berarti bahwa keanekaragaman jenis berada pada tingkat sedang. Sementara dari perhitungan indeks kemerataan diperoleh nilai 0,7 yang berarti bahwa jenis-jenis herpetofauna di wilayah IPJLPB PT Indonesia Power Unit PLTP Gunung Salak tersebar merata dari aspek sebaran jenis. Nilai indeks dominansi sebesar 0,2 yang menunjukkan bahwa jumlah individu dari masing-masing jenis cukup berimbang dan tidak ada jenis yang mendominasi.

    Daftar Jenis Herpetofauna di Wilayah Unit PLTP Gunung Salak
    Perbandingan Indeks Keanekaragaman, Kemerataan dan Dominasi

    Sejalan dengan konsep pembangunan Energi Baru dan Terbarukan (EBT) yang dicanangkan untuk mengurangi dampak negatif produksi energi terhadap lingkungan, adalah sebuah keniscayaan bagi setiap perusahaan energi untuk mempertahankan kualitas lingkungan dengan utuh. Dengan kata lain, pembangunan harus berdasar pada prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Dalam mengetahui dan memonitor dampak aktivitas pembangunan terhadap lingkungan, aspek biologi suatu kawasan dapat dijadikan parameter yang memadai. Dalam pemantauan lingkungan dari aspek biologi, keanekaragaman hayati adalah salah satu komponen penting dalam melihat secara aktual dampak suatu aktivitas terhadap lingkungan hidup di sekitarnya.
    Semakin meningkatnya laju pertumbuhan dan pembangunan akan meningkatkan kebutuhan akan sumber daya alam hayati dan ruang, yang apabila tidak disertai dengan upaya konservasi dapat menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas keanekaragaman hayati, misalnya perubahan tata guna lahan, introduksi jenis eksotis dan invasif, eksploitasi berlebihan, dan pencemaran lingkungan. Konservasi yang disertai pemanfaatan berkelanjutan tidak hanya penting untuk melindungi keanekaragaman hayati beserta ruang hidupnya, namun juga melestarikan warisan global bagi generasi masa depan. Investasi pada aspek konservasi dapat menghasilkan manfaat yang besar bagi perusahaan dan masyarakat, di antaranya perlindungan terhadap jasa-jasa lingkungan seperti sumber air dan hasil hutan, diversifikasi mata pencaharian, hingga perlindungan situs-situs budaya.
    Sebagai perusahaan energi yang berorientasi pada kelestarian lingkungan, PT Indonesia Power Unit Pembangkitan dan Jasa Pembangkitan (UPJP) Kamojang Unit PLTP Gunung Salak secara konsisten telah mengarusutamakan kegiatan pembangunan dan operasional yang berwawasan lingkungan. Perwujudan dari komitmen tersebut tertuang dalam program peningkatan perlindungan keanekaragaman hayati di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). PT Indonesia Power Unit PLTP Gunung Salak telah berinisiatif melakukan studi keanekaragaman hayati sejak tahun 2016 dan dilanjutkan dengan pemantauan keanekaragaman hayati pada tahun-tahun berikutnya. Program ini juga merupakan salah satu pemenuhan aspek penilaian dalam PROPER (Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup) sesuai dengan Peraturan Menteri LHK Nomor 01 Tahun 2021.

    Daftar Jenis Mamalia di wilayah PT Indonesia Power Unit PLTP Gunung Salak
    Grafik Peningkatan Jumlah Jenis Mamalia yang Tercatat diArea IPJLPB PT Indonesia Power
    Jenis Burung di Wilayah PT Indonesia Power Unit PLTP Gunung Salak
    Grafik Perbandingan jumlah jenis dan nilai indeks H’ burung di area IPJLPB
    Daftar Jenis Herpetofauna di PT Indonesia Power Unit PLTP Gunung Salak
    Grafik Indeks Keanekaragaman Herpetofauna di PT Indonesia Power Unit PLTP Gunung Salak

    Keberadaan Burung Pemansa (Raptor) dalam suatu ekosistem sangat penting karena posisinya sebagai top predator dan sebagai pengendali ekosistem dalam sistem rantai makanan. Dengan demikian bila terjadi gangguan, maka akan terganggu pula ekosistem mereka, baik secara langsung maupun tidak langsung. Informasi mengenai spesies yang ada, struktur umur, ukuran, populasi penyebaran serta data lain menegnai burung pemangsa sangat diperlukan, Karena hal tersebut dapat dijadikan indikator bagi tingkat gangguan terhadap ekosistem maupun terhadap spesies Burung Pemangsa iu sendiri.

    Upaya penyelamatan dan pelestarian akan keberadaan jenis burung pemangsa di Indonesia telah dan sedang diupayakan oleh berbagai pihak, salah satunya Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) yang mengelola secara langsung lembaga konservasi khusus Pusat Suaka Satwa Elang Jawa (PSSEJ). Salah satu kendala yang terjadi dalam pengelolaan PSSEJ adalah kurangnya tenaga Perawat Satwa (Keeper). Untuk itu perlu adanya upaya penambahan keeper untuk mengoptimalisasi pengelolaan PSSEJ. Dalam hal ini sebagai bentuk kerja sama antara PT Indonesia Power Unit PLTP Gunung Salak dengan TNGHS, maka PT Indonesia Power Unit PLTP Gunung Salak memberikan dukungan berupa kegiatan perawatan satwa di PSSEJ sebagai upaya melestarikan keanekaragaman hayati yang berada di kawasan TNGHS.

    Tujuan kegiatan perawatan satwa dilakukan agar dapat membantu dalam mengoptimalkan kegiatan rutin PSSEJ, dengan maksud agar kondisi Raptor yang saat ini dalam proses rehabilitasi kesehatannya dapat terjaga dan dapat terpantau dengan baik. Dengan adanya penambahan keeper di PSSEJ diharapakan dapat berpengaruh terhadap beberapa aspek diantaranya kesejahteraan satwa, pemeliharaan kebersihan lingkungan kandang satwa dan area umum. Melaksanakan kegiatan perawatan seperti membantu dokter hewan dalam untuk mengecek kesehatan satwa yang dilakukan secara rutin ataupun melakukan treatment khusus terhadap raptor yang dalam kondisi sakit.

    Lebak, 22 Maret 2022. Bertempat di kawasan wisata Gunung Luhur, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, Pusat Suaka Satwa Elang Jawa (PSSEJ) melakukan pelepasliaran seekor Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) berjenis kelamin jantan yang diberi nama Yudisthira. Pelepasliaran Elang ini merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk dapat menjaga keberadaan jenis dari berbagai ancaman yang menjadi penyebab penurunan populasi di alam.

    Pelepasliaran Elang merupakan salah satu kegiatan kerjasama PT Indonesia Power Unit PLTP Gunung Salak dengan Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak (BTNGHS) sebagai bentuk komitmen PT Indonesia Power dalam melestarikan keanekaragaman hayati. Program Pelepasliaran bertujuan untuk melepas satwa dilindungi yang telah melalui proses rehabilitasi ke habitat alaminya, dengan tujuan untuk memberi kesempatan pada satwa dilindungi yang telah dibawa keluar habitat untuk hidup bebas di alam, menambah populasi jenis (species) di alam,  meningkatkan nilai konservasi kawasan dalam jangka panjang, dan mendorong pendidikan konservasi kepada masyarakat, serta memperkuat nilai  konservasi lokal terhadap satwa liar, khususnya yang terancam punah.

    Dalam kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Balai TNGHS, Ahmad Munawir, S.Hut, M.Si.; Wakil Bupati Lebak, H. Edi Sumardi, S.E.; Ketua Satuan Adat Banten Kidul (SABAKI), H. Sukanta, M.Pd.; Ketua Majelis Permusyawaratan Masyarakat Kasepuhan (MPMK), Junaedi Ibnu Jarta; dan Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Provinsi Banten, Enong Suhaeti; Serta Humas PT Indonesia Power Unit PLTP Gunung Salak, Cece Sutisna.

    Pendidikan Lingkungan merupakan salah satu bentuk penyadartahuan kepada generasi muda untuk menjaga dan turut serta dalam melindungi kekayaan sumberdaya alam di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Langkah konservatif ini memiliki dampak yang cukup efektif dalam menurunkan angka gangguan terhadap kawasan hutan, serta meningkatkan kepedulian masyarakat dalam melestarikan hutan dan keanekaragaman hayati baik Flora maupun Fauna. Salah satu bentuk penyadartahuan kepada generasi muda dan masyarakat yang dilakukan di Taman Nasional Gunung Halimun Salak yang bekerjasama dengan PT. Indonesia Power adalah dengan melaksanakan kegiatan pendidikan lingkungan yang dilaksanakan di Resort Cikaniki pada Tanggal 18-19 September 2020. Pendidikan lingkungan ini melibatkan kader konservasi binaan PT. Indonesia Power dan BTNGHS, masyarakat disekitar kawasan BTNGHS, Guru-guru yang berada disekitar kawasan BTNGHS dan EKSATLI (Kader Konservasi BKSDA Jakarta). Tujuan dari adanya pelaksanaan kegiatan pendidikan lingkungan ini adalah memberikan pengetahuan dan penambahan nilai-nilai lingkungan yang dapat ditanamkan kepada masyarakat dan generasi muda dan menumbuhkan rasa kepedulian terhadap lingkungan serta memeperkenalkan potensi sumberdaya alam yang berada di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak.

    Selain hal tersebut diatas, kegiatan pendidikan lingkungan ini dilaksanakan dalam rangkka memperingati Hari Konservasi Alam Nasional. Pada kesempatan tersebut hadir Kepala Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak (Ahmad Munawir., S.Hut, M.Si), Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (Karyadi S.Hut, M.I,L), perwakilan PT. Indonesia Power (Cece Sutisna). Dalam pelaksanaan kegiatan diawali dengan penyampaian materi oleh narasumber yang hadir yang dilanjutkan dengan sesi tanya jawab lalu kegiatan pendampingan kunjungan lapangan agar peserta lebih mengenal dekat dengan alam. Dalam kegiatan kunjungan lapangan dilakukan di hutan kawasan cikaniki yang merupakan salah satu kawasan dengan ekosistem hujan tropis yang masih sangat baik dan memiliki keanaka ragaman hayati yang masih terjaga. Para peserta sangat antusias dalam mengikuti kegiatan pendidikan lingkungan ini dan juga peserta yang mengkuti kegiatan tersebut merasakan pentingnya upaya perlindungan terhadap sumberdaya alam di Taman Nasional Gunung Halimun Salak, kekayaan flora dan fauna  yang keberadaannya di alam harus dipertahankan hingga ke generasi selanjutnya.

    Dengan adanya program pendidikan lingkungan yang diadakan oleh Balai Taman Nasional Gunung Halimun salak yang bekerjasama dengan PT. Indonesia Power merupakan salah satu dukungan partisipasi yang diberikan oleh  PT. Indonesia Power dalam mendukung penyadartahuan untuk masyarakat dan generasi muda dalam menjaga lingkungan dan sumberdaya alam sehingga akan menumbuhkan rasa kepedulian terhadap lingkungan serta memeperkenalkan potensi sumberdaya alam yang berada di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak.

    PT. Indonesia Power adalah perusahaan pembangkit tenaga listrik yang memnafaatkan sumber energi panas bumi. Dalam menjalankan operasinya, PT. Indonesia Power telah mempunyai Ijin Pemanfaatan Jasa Lingkungan Panas Bumi (IPJLPB). Pada saat ini PT. Indonesia Power  telah mempunyai persemaian tanaman asli sebagai kewajiban penyediaan bibit untuk ditanam dalam penyelamatan lingkungan. Selain itu, sebagai upaya lanjutan dalam pemulihan kembali kondisi areal IPJLPB yang terpakai atau digunakan dalam operasional kegiatan pembagkitan terutama areal-areal yang secara teknis tidak secara intensif digunakan, maka dipandang perlu untuk dilakukan kegiatan pemulihan ekosistem atau restorasi kawasan IPJLPB. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui areal-areal terbuka di dalam IPJLPB yang perlu untuk dipulihkan atau direstorasi. Tahapan kegiatan dalam pelaksanaan pemulihan ekosistem area IPJLPB diantaranya adalah:

    1. Pemeliharaan persemaian spesies tumbuhan asli. PT. Indonesia Power telah mempunyai persemaian spesies asli berukuran 4×6 meter dengan jumlah bibit 200 bibit yang terdiri dari jenis Puspa sebanyak 50 bibit, Rasamala sebanyak 50 bibit, Saninten sebanyak 50 bibit, dan Huru sebanyak 50 bibit.
    2. Penanaman spesies tumbuhan asli, setelah bibit yang ada di persemaian telah siap tanam, maka dilakukan penanaman di areal IPJLPB terutama yangberada di lingkungan kantor dan fasilitas pembangkitan PT. Indonesia Power. Kegiatan penanaman ini dilaksanakan oleh Balai TNGHS, PT. Indonesia Power dan Masyarakat syang berada di sekitar kawasan PT. Indonesia Power.